Seputar Kita - Alam kubur juga di sebut juga dengan alam barzakh, yang secara bahasa berarti pemisah. Yakni, pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan, menurut istilah syariat, barzakh diartikan sebagai kehidupan yang berlangsung setelah kematian dan kebangkitan. Barzakh juga di artikan sebagai tempat di antara dua tempat. Seseorang berkata kepada Al-Sya'bi, "Si fulan telah meninggal." Al-Sya'bi menjawab, "Dia tidak berada di dunia dan di akhirat, tetapi berada di alam barzakh (alam kubur)."
Kata barzakh juga berarti alam atau tempat di antara dua tempat. Allah SWT. menjelaskan hal tersebut melalui firman-Nya sebagai berikut :
(٢٥) بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَّا يَبْغِيٰنِۚ (١٩) مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيٰنِۙ
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudia bertemu. Di antara keduanya ada batas yang tidak di lampaui oleh masing masing." (QS. ar Rahman [55]: 19-20).
Berdasarkan ayat tersebut, barzakh diartikan sebagai daerah pemisah antara dua jenis air (air tawar dan air laut). Dengan begitu, dalam konteks kehidupan setelah kematian, barzakh bisa di tafsirkan sebagai alam yang memisahkan antara dua alam, yakni dunia dan akhirat. Oleh karena itu, dapat di pastikan bahwa setiap manusia yang hidup di dunia akan melewati alam barzakh atau alam kubur.
Oleh karena itu, anggapan khalayak yang menyebut bahwa alam kubur berada di dalam tanah tidaklah tepat. Kenyataannya, yang berada di bumi hanyalah "lubang kubur". Sementara segala yang menimpa mayat berada di alam kubur (bukan liang lahat).
Sebenarnya, kubur senantiasa menyeru kepada manusia agar selalu waspada. Allah SWT. menciptakan mulut bagi kubur, dan mulut itu pun berseru, "Wahai anak cucu Adam, bagaimana engkau melupakanku? Padahal engkau tahu bahwa aku ialah tempat binatang - binatang tanah melahap dagingmu, rumahnya cacing, rumah sepi, dan tempat kesedihan".
Di sebutkan dalam kitab At-Tahrir al-Murrasakh, Ubaid bin Umar Ra. berkata "Sesungguhnya, kubur berkata, 'Wahai anak Adam, apa yang telah engkau persiapkan untukku? Bukankah kalian mengetahui bahwa aku adalah baitul ghurbah (tempat pengasingan), baitul wahdah (tempat sepi), rumah binatang - binatang tanah melahap daging, baitud dud (rumah belatung atau cacing)?'"
Di riwayat yang lain, sebagaimana dikutip oleh Abu Umar bin Abdul Barr dalam kitabnya At-Tamhid, disebutkan betapa ngerinya alam kubur itu, Abdullah bin Amr Ra. berkata "Sesungguhnya, seorang hamba jika telah di kubur, maka kubur akan berkata, 'Wahai anak Adam, apakah engkau mengetahui bahwa aku adalah baitul wahdah (rumah yang sepi), baitul zhulmah (tempat yang gelap), dan rumah yang pasti? Wahai anak Adam, apa yang telah melalaikanmu dariku? Sungguh, dahulu engkau berjalan di atasku dengan sombong."
Apakah kita sudah menyiapkan bekal untuk menghadapi alam yang pengap, gelap dan terasing tersebut? Alam yang tidak ada seorang pun bisa memberikan pertolongan kepada kita. Bahkan, kekayaan sebanyak apa pun tidak ada artinya, dan tidak bisa untuk membeli apa pun.
Oleh karena itu, penting kiranya kita mengingat bahwa setelah kehidupan ada kematian. Bahkan, khalifah Harun ar-Rasyid memiliki cara tersendiri untuk mengingatkan dirinya akan kematian. Ia memerintahkan seseorang untuk menggali lubang kubur untuknya. Jika sewaktu - waktu lalai, maka sang khalifah itu segera menziarahi lubang kubur tersebut, dan duduk di pinggirnya. Lalu, berkata kepada dirinya, "Ini adalah tempatmu, wahai Harun!"
Tindakan yang di lakukan oleh Khalifah Harun ar-Rasyid merupakan salah satu cara untuk mengingatkan diri akan kematian. Ziarah ke makam - makam juga termasuk cara untuk mengingat mati.
Ketika seseorang selalu ingat kematian, tentu ia akan lebih giat mempersiapkan bekal bagi dirinya. Menyiapkan kehidupan di alam kubur yang penih fitnah. Alam yang tidak seorang pun mampu dan sudi menemani, sekalipun ketika hidup di dunia memiliki ikatan persaudaraan yang baik. Di alam tersebut akan mewujud sosok yang indah bagi yang husnul khatimah, dan sosok yang buruk rupa bagi orang kafir.
Ketika seseorang meninggal dan dikebumikan, maka kubur akan menyambutnya. Jika ia seorang mukmin, maka kubur itu berkata, "Selamat datang! Engkau adalah pejalan kaki di permukaanku yang paling aku cintai. Hari ini engkau telah diserahkan lagi kepadaku dan berakhir kepadaku. Engkau akan melihat perlakuanku kepadamu." Lantas, kubur tersebut menjadi luas sepanjang mata memandang, dan dibukakan pintu surga bagi orang tersebut.
Sementara itu, jika orang kafir atau durhaka yang di kebumikan, maka kubur akan berkata, "Aku tidak mengucapkan selamat datang kepadamu. Ingatlah! Kamu adalah pejalan kaki di permukaanku yang paling aku benci. Hari ini, kamu telah dipasrahkan kembali kepadaku dan berakhir kepadaku. Kamu akan melihat perlakuanku kepadamu." Kemudian, tanah kuburan menghimpit orang tersebut hingga tulang rusuknya menjadi hancur. Rasulullah SAW. mengibaratkan hal ini dengan cara menghimpit jari - jemarinya.
Jika kita membayangkan gambaran penjabaran tersebut, betapa sangat mengerikan alam kubur bagi pelaku dosa. Bahkan, kubur pun seakan - akan enggan menerima mayat seorang pembangkang atau durhaka. Terlebih, kubur pun akan menyempit sehingga menghancurkan setiap sendi dan tulang pendosa. Betapa mengerikan!
Sumber Referensi
- Rizem Aizid, Kekalkah kita di Alam Akhirat? (Yogyakarta: Safirah, 2016), hlm. 36-37.
- Ibid., hlm. 37-38.
- Muhammad ash-Shayim, Mengapa Perempuan Disiksa di Alam Kubur? (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), hlm.56.
- Ibnu Rajab, Kehidupan Alam Kubur (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 39-40
- Ibnu Kasiman, Sebelum Telat, hlm. 14-18