Orang-orang yang akan memperoleh siksa kubur akibat perbuatan mereka sendiri, tentu tidak akan dapat menghindarinya. Walaupun mereka mati mungkin karena dimakan binatang buas ataupun terbakar hingga menjadi abu dan tertiup oleh angin sehingga tidak terdapat jasad yang dapat dikuburkan. Ataupun, mereka mati karena tenggelam di dalam lautan sehingga jasadnya tidak dapat ditemukan, siksa kubur akan tetap berlaku untuk mereka.
Adapun di antara sebab seseorang yang akan mendapat siksa kubur kelak ialah meninggalkan perintah - perintah Allah Swt serta membiarkan diri terjerumus kedalam kemaksiatan (tanpa terdapat upaya untuk bertaubat) kepada Allah Swt. Sebab lainnya, seperti yang telah digambarkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya berikut :
(QS. al-Hijr [15]: 3) |
Mengenai kondisi orang-orang yang lalai dan terlalu banyak angan - angan, tetapi tidak pernah merealisasikannya. Rafi' bin Mihran berkata, "Akan datang kepada manusia suatu masa, yakni ketika hatinya dilalaikan dari al-Qur'an dan menghancurkannya seperti hancurnya pakaian. Tidak mendapatkan manis dan nikmat al-Qur'an. Jika mereka tidak melaksanakan yang diperintahkan, mereka berkata, 'Sesungguhnya, Allah Swt Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' Jika mereka terjatuh pada perbuatan yang dilarang, mereka berkata, 'Sesungguhnya, Allah Swt tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia. Dan, Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.' Mereka hanya berharap, tidak terdapat rasa takut. Mereka memakai kulit kambing di hati harimau. Yang ada dalam hati mereka hanya kepura - puraan."
Baca Juga : Orang yang Mendapat Nikmat Kubur
Terdapat juga pada riwayat yang lain, Hasan al-Bashri berkata, "Sesungguhnya, ada sekelompok orang yang hatinya dilalaikan oleh harapan - harapan ampunan hingga ia keluar dari dunia (meninggal) tanpa bertaubat. Salah satu di antara mereka berkata, 'Saya tetap berbaik sangka kepada Tuhan saya.' Padahal, ia berdusta. Kalau ia baik sangka kepada Allah Swt, ia akan baik pula perbuatannya." Jika sudah terjadi sedemikian, alam kubur akan menanti dengan siksaan - siksaan yang pedih bagi seperti orang - orang tersebut.
Al-Lalika'i sudah meriwayatkan bahwa Muhammad bin al-Munkadir berkata, "Sesungguhnya Allah Swt menyerahkan orang kafir dalam kuburnya kepada seekor binatang yang buta. Binatang itu membawa cambuk dari besi. Ujung cambuk itu sebesar mata unta yang sedang bengkak. Binatang itu terus memukulkan hingga hari kiamat. Binatang itu sama sekali tidak bisa melihat dan mendengar jeritan suaranya. Oleh karena itu, binatang itu tidak bisa merasa iba."
Selain keadaan orang - orang kafir di alam kubur, digambarkan pula keadaan para pelaku dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Hal ini dijelaskan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Samurah bin Jandab, Rasulullah Saw bersabda, "Suatu malam, aku melihat ada dua orang laki - laki (malaikat) menghampiriku. Keduanya memegang tanganku, dan mengajakku keluar menuju tanah suci. Ternyata, di sana ada seorang lelaki sedang duduk dan seorang lainnya sedang berdiri sambil membawa besi yang ujungnya bengkok (biasanya digunakan untuk mengambil daging di kuali). Dia memasukkan besi itu ke sudut mulut lelaki yang sedang duduk sampai sudut mulutnya tertarik ke bagian tengkuknya. Kemudian, ia melakukan hal yang sama pada sudut mulut lainnya. Belum selesai ia menarik sudut mulut yang satunya, ternyata sudut mulut yang ia tarik terlebih dulu sudah sembuh. Orang itu terus melakukan hal seperti itu. Aku bertanya, 'Apa ini?' Kedua lelaki tersebut berkata, 'Beranjaklah (ayo ikut kami!).'
"Maka, kami pun beranjak (dari tempat itu) sehingga menjumpai seseorang telentang dan seorang lainnya berdiri di atas kepala orang tersebut. Dia berdiri di kepalanya dengan berlandaskan pada sebutir batu atau sebuah batu besar. Lantas, batu tersebut menyebabkan kepalanya terluka. Jika ia hendak memukul (orang yang duduk di atasnya), maka batu itu akan menggelincirkannya. Orang itu pergi untuk mengambil batu tersebut. Belum sampai kepada orang yang telentang tadi, ternyata luka di kepalanya telah sembuh seperti sedia kala. Maka, orang itu pun kembali menghampiri orang tersebut. Aku bertanya, 'Apa ini?' Keduanya berkata, 'Beranjaklah!'
"Lantas, kami pun beranjak menuju sebuah lubang mirip tungku api. Bagian atasnya sempit namun bawahnya luas serta dipenuhi nyala api. Jika nyala api itu mendekat, maka semuanya (orang-orang di dalamnya) menjerit dengan keras sehingga mereka nyaris keluar dari lubang itu. Apabila nyala itu padam, mereka kembali lagi. Di dalam lubang itu berisi laki-laki dan perempuan (yang semuanya telanjang). Aku berkata, 'Apa ini?' Keduanya berkata, 'Beranjaklah!'
"Lantas, kami pun beranjak hingga sampai di sungai darah. Di tengah sungai itu, ada seorang lelaki yang berdiri. Sedangkan di tepi sungai, ada seorang laki - laki sedang membawa batu. Orang yang berada di tengah sungai menghadap (berjalan perlahan). Apabila ia hendak keluar (dari sungai), maka orang berada di tepi sungai melemparkan batu itu ke mulutnya. Setiap kali ia hendak keluar dari sungai, orang itu selalu melemparkannya dengan batu. Aku bertanya, 'Apa ini?' Keduanya berkata, 'Beranjaklah!' Maka kami pun beranjak dari tempat tersebut"
Kemudian, Rasulullah Saw. melanjutkan hadits tersebut. Beliau berkata, "Kalian berdua telah mengajakku berkeliling pada malam ini."
Sumber : Seputar Kita |
Lantas, kedua laki-laki tersebut menjelaskan kepada Rasulullah Saw. tentang fenomena yang telah beliau saksikan. Keduanya berkata, "Benar (kami telah mengajakmu berkeliling). Adapun orang yang kamu saksikan dirobek sudut mulutnya tadi adalah seorang pembohong. la selalu berkata dusta. Kebohongan itu akan dibawa ke langit. Orang tersebut diperlakukan seperti itu sampai hari kiamat. Adapun yang kamu lihat kepalanya terluka, la sebenarnya diajari al-Qur'an oleh Allah. Namun, ia tidur (tidak membacanya) pada malam hari dan tidak mengamalkan pada siang hari. Orang tersebut akan melakukan hal itu hingga hari kiamat. Sementara orang - orang yang kamu lihat di dalam lubang, mereka adalah pezina. Dan, orang yang kamu saksikan berada di tengah sungai, ia adalah pemakan riba." (HR. Bukhari).
Sumber Referensi :
- Ali Shalih al-Hazza', Menjemput Bekal Kematian (Surabaya: eLBA, 2006), hlm 66-68.
- Ibnu Rajab, Kehidupan..., hlm. 89-90.
- Ibnu Kasiman, Sebelum Telat, hlm 25-30.