Abbad bin Bisyr bin Waqsy asy-Asyhali al-Khazraji lahir tahun 33 sebelum Hijriah. la masuk Islam di tangan duta besar Islam, Mush'ab bin Umair di Madinah. la merupakan seorang sahabat Rasulullah Saw yang mempunyai nama cemerlang dalam sejarah agama Islam.
Abbad tercatat sebagai sahabat yang ahli ibadah, bertakwa, suci, tidak pernah absen menjalankan shalat malam, dan setelahnya selalu meluangkan waktu untuk membaca beberapa juz dari ayat al-Qur'an. la merupakan pahlawan yang gagah berani dan selalu berjuang dengan penuh tenaga untuk membela agama Islam. la merupakan politikus yang sangat adil, jujur, dan dapat dipercaya dalam mengemban seluruh amanah yang diberikan.
A. Sahabat Bersuara Emas
Ketika Islam mulai tersebar di kota Yastrib, usia Abbad belum mencapai 25 tahun. Meskipun demikian, ia memiliki karakter yang luar biasa sebab mampu bersikap dewasa. Selain itu, ia merupakan pemuda yang sangat tampan. Kulit yang putih dan wajah yang rupawan memantulkan cahaya kesucian.
Dalam rangka memahami agama Islam, Abbad belajar kepada salah satu sahabat, Mus'ab bin Umair Ra. Dalam waktu singkat, ia mempunyai keteguhan hati luar biasa. la sangat tekun mengkaji dan memahami al-Qur'an. Dan dengan suara merdunya, ia tak pernah absen membaca kalam suci tersebut. Atas dasar inilah, para sahabat menjulukinya sebagai imam dan pembaca al-Qur'an.
Baca Juga : Kisah Islami | Zubair bin Awwam
Suatu ketika, Rasulullah Saw menjalankan Shalat lail di rumah Aisyah Ra yang posisinya berdekatan dengan Masjid Nabawi. Usai menjalankan shalat, beliau tercengang lantaran mendengar suara bacaan al-Qur'an yang sangat merdu. Bahkan, beliau menyatakan bahwa suara tersebut seperti suara Jibril ketika menyampaikan wahyu. Rasulullah Saw kemudian bertanya, "Ya Aisyah, siapakah orang yang membaca al-Qur'an tersebut? Apakah ia Abbad Bin Bisyr?"
Aisyah menjawab, "Benar, ya Rasululah Saw." Mendengar jawaban Aisyah, beliau berdoa "Ya Allah, ampunilah ia.
B. Menjaga Rasulullah Saw
Sebagai seorang sahabat yang setia, Abbad selalu turut dalam setiap peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah Saw. la diberi tugas membawa al-Qur'an. Ketika kembali dari peperangan Dzatur Riqa, beliau beristirahat dengan para sahabat di lereng bukit.
Saat itu, ada seorang sahabat menawan seorang wanita musyrik yang ditinggal pergi suaminya. Ketika suaminya datang, istrinya sudah tiada. la bersumpah dengan Latta dan 'Uzza akan menyusul Rasulullah Saw dan pasukan kaum muslimin, la tidak akan kembali sebelum menumpahkan darah di antara para sahabat.
Setibanya di tempat pemberhentian, Rasulullah Saw bertanya kepada para sahabat, "Siapa yang bertugas jaga malam ini?" Abbad dan Ammar bin Yasir berdiri sambil berkata, "Kami ya Rasulullah!"
Ketika keduanya sedang berada pos penjagaan, Abbad bertanya, "Siapakah di antara kita yang berjaga lebih dahulu?"
"Saya yang tidur lebih dahulu!" Jawab Ammar yang sudah bersiap-siap berbaring, tidak jauh dari tempat pen jagaan.
Malam itu, suasana tenang, sunyi, dan nyaman. Bintang-bintang, pohon-pohon, dan bebatuan seakan bertasbih memuji kebesaran Allah Swt. Sebagai orang yang sangat tekun beribadah, Abbad pun merasa iri kepada makhluk-makhluk Allah Swt tersebut. Seketika itu, ia mengambil air wudhu dan menjalankan shalat malam. Dalam sekejap, ia pun larut dalam lantunan ayat al-Qur'an yang dibacanya ketika menjalankan shalat.
Baca Juga : Kisah Islami | Utsman bin Affan, Khalifah Ketiga Bergelar Dzunnurain
Dalam shalat lail, Abbad membaca surat al-Kahfi dengan suara memilukan dan merdu. Ketika ia sedang bertasbih dalam cahaya llahi, seorang laki-laki datang memacu langkah tergesa-gesa. Laki-laki itu melihat dari kejauhan, seorang hamba Allah Swt sedang beribadah di mulut jalan. la yakin bahwa Rasulullah Saw dan para sahabat berada di tempat tersebut. Sedangkan orang yang sedang shalat adalah pengawal yang bertugas jaga.
Lelaki tersebut menyiapkan anak panah dan memanah Abbad tepat mengenai tubuhnya. Abbad mencabut anak panah yang bersarang di tubuhnya sambil meneruskan bacaan dan tenggelam dalam shalat. Orang itu memanah lagi dan mengenai lagi. la mencabut anak panah lalu meneruskan ibadah. Orang itu pun memanah lagi. Sementara, Abbad kembali mencabut anak panah dari tubuhnya seperti dua anak panah sebelumnya.
Saat giliran Ammar bin Yasir berjaga tiba, Abbad merangkak mendekatinya yang sedang tidur. Ia mem bangunkan seraya berkata, "Wahai saudaraku, bangunlah! Aku terluka parah dan lemas" Ammar pun bangun dan menoleh ke arah Abbad. la tercengang lantaran melihat sahabatnya bercucuran darah lantaran luka panah yang menusuk tubuhnya. la pun bertanya, "Subhanallah! Mengapa engkau tidak membangunkanku ketika panah pertama melukai tubuhmu?"
Abbad menjawab, "Aku sedang membaca al-Qur'an dalam shalat Aku tidak ingin memutuskan bacaanku sebelum selesai. Demi Allah, kalaulah tidak karena takut menyia-nyiakan tugas yang diberikan Rasulullah Saw kepadaku, niscaya aku ikhlas tubuhku terputus daripada memutuskan bacaan sholat."
Begitulah perjuangan Abbad dalam membela Allah Swt dan rasul-Nya. la tidak hanya mengorbankan harta, namun juga nyawa. Bahkan, ketika Rasulullah Saw wafat, ia tetap memperjuangkan panji-panji kebenaran.
C. Perang Melawan Fitnah
Setelah Rasulullah Saw wafat fitnah timbul di mana-mana. Kenyataan pahit ini terjadi disebabkan oleh kebohongan Musailamah al-Kadzab. Tingkahnya sangat berpengaruh terhadap perkembangan Islam pada masa itu. Banyak orang muslim yang murtad karena fitnahnya.
Melihat kondisi ini, kaum muslimin yang dipimpin oleh Abu Bakar ash-Shiddiq menyiapkan bala tentara untuk menumpas seluruh kaum murtad yang berkembang di tanah Arab. Meskipun demikian, saat itu, kaum muslimin terpecah menjadi dua golongan, yaitu golongan Anshar dan Muhajirin.
Baca Juga : Kisah Islami | Keteguhan Iman, Habib bin Zaid
Abbad berkata kepada Abu Bakar bahwa kaum muslimin tidak akan memenangkan peperangan jika kaum Muhajirin dan Anshar tidak bersatu. Pada malam sebelum perang dilakukan, ia bermimpi seolah-olah melihat pintu langit terbuka untuknya. la pun masuk lantas mengunci pintu langit itu dari dalam. Ketika terbangun pada waktu Subuh, ia pun menceritakan mimpinya kepada Abu Sa'id al Khudri. la berkata, "Demi Allah! Mimpi itu seperti nyata, hai Abu Sa'id!"
Saat peperangan berkecamuk, Abbad naik ke atas bukit dan berteriak, "Hai kaum Anshar! berpisahlah dari tentara yang banyak itu! Angkatlah pedang kalian! Jangan meninggalkan agama Islam dalam keadaan terhina atau terpecah belah, karena jika hal itu terjadi, maka azab Allah Swt akan menimpa kalian!" Abbad mengulang pernyataan nya tersebut.
Lantaran kegigihannya, kurang lebih 400 sahabat berkumpul di bawah komandonya. Abbad pun memojokkan pasukan murtadin yang dipimpin oleh Musailamah al Kadzab sampai ke taman maut. Namun, ia wafat dibunuh oleh kalangan murtadin.
Abbad gugur sebagai syuhada yang berlumuran darah. Tubuhnya penuh dengan luka pedang, tusukan tombak, dan panah. Saking parahnya, para sahabat hampir tidak mengenalinya, kecuali mereka yang mengetahui tanda tanda di tubuhnya.
Sumber
- AF. Rozi, Hikayat Syahid Paling Wangi (Jogjakarta: Sabil, 2014), hlm. 127-133.